Rabu, 02 Maret 2011

Anak kita egois?

Pada edisi kali ini saya akan membahas permasalahan yang sering dijumpai orang tua terutama dalam mendidik putra-putri tercinta. Salah satu problem orang tua adalah mendapati sikap anaknya egois, selalu menyalahkan orang lain, tidak mau disalahkan, dan menganggap dirinya selalu benar... weleh..weleh... fatal bukan? Repotnya jika sifat egois ini akan berkembang sampai dewasa, ini menunjukkan gejala keterampilan sosial yang rendah. dampaknya sangat berbahaya. Mau tau sebabnya ? Mari kita bahas:

Kesalahan dalam proses pendidikan sejak dini dapat berakibat fatal. Kesalahan orang tua dapat bersumber dari kebiasaan sehari-hari yang dilakukan tanpa sengaja, tapi menjadi pupuk yang subur untuk menumbuhkan egoisme anak. Sewaktu anak kita masih kecil dan belajar berjalan, mereka sering menabrak meja, kursi ataubenda-benda lain yang membuatnya terjatuh, dan .....buah hati kitapun menangis dengan keras. Sebagai orang tua kita tentu ingin menghibur atau mengusahakan menghentikan tangisan anak kita, dengan menanyakan siapa yang nakal? oooo dasar meja. kamu nakal ya.... lalu kita pun memukul meja di hadapan anak kita sambil berkata.. lihat ni mejanya mama pukul.. sudah diam yaaa.. cup...cup....

Ketika kita memukul meja, secara tidak langsung telah mengajarkan sifat egois terhadap anak kita. Mereka sebagai manusia tidak pernah salah... yang bersalah adalah meja, kursi, benda, atau orang lain yang membuatnya jatuh. Akibatnya setiap mengalami masalah, kekeliruan, maka yang keliru adalah orang lain, dirinya adalah yang paling benar, sehingga yang perlu diberi sangsi, hukuman atau peringatan adalah orang lain yang belum tentu membuat kekeliruan.Sebagai orang tua kita baru sadar ketika anak kita mulai menantang, melawan orang tua. Perilaku melawan ini terbangun sedikit demi sedikit tanpa sadar orang tuanya sendiri yang mengajari.

Apa yang sebaiknya kita lakukan jika anak kita menangis karena jatuh atau menabrak sesuatu? Tentu kita harus ingatkan dia agar lebih berhati-hati. Ajarilah anak kita untuk bertanggungjawab terhadap perbuatan yang dilakukannya. Bertanggung jawab terhadap apa yang menimpa mereka karena tingkah polahnya sendiri. Kita perlu memeluk mereka ucapkan: waduh.... sakit ya....besok kalau berjalan hati-hati ya....pelan-pelan saja pasti kursinya nggak ketabrak.Intinya kita harus menanamkan pada jiwa meeka untuk belajar dari kesalahan.
Load disqus comments

0 komentar