Teknik Pembelajaran Word Flow
Teknik Pembelajaran Word Flow cukup relevan diterapkan dalam kegiatan belajar Bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia. Word flow disebut juga kata mengalir karena dalam prosesnya kata diproduksi mengalir sampai membentuk kalimat. Tujuan yang ingin dicapai dari teknik kata word flow adalah cara pembelajaran yang menarik, menyenangkan dan menantang dapat tercapai. Dalam prosesnya siswa memproduksi kalimat sebanyak-banyaknya dengan kata-kata sendiri. Menurut Suyatno (2007:43) prosedur pelaksanaan teknik pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
- Tempat duduk siswa diatur berderet ke belakang dalam formasi lima sampai enam siswa.
- Guru menjelaskan aturan permainan
- Permainan dilombakan antar kelompok
- Semakin banyak kalimat yang dihasilkan suatu kelompok, maka skor kelompok makin tinggi.
- Siswa diberikan kesempatan menanyakan hal-hal yang kurang jelas
- Setelah semua siswa memahami tugas yang akan dikerjakan, maka permainan dapat dimulai.
- Siswa paling depan menuliskan satu kata di lembar kerja. Lembar kerja tersebut kemudian diberikan kepada teman dibelakangnya.
- Siswa yang mendapat lembar kerja kemudian menambahi satu kata sehingga dalam lembar kerja terdapat dua kata yang saling berkaitan. Siswa ketiga kemudian menambahkan lagi satu kata sehingga terdapat tiga kata.
- Begitu seterusnya hingga membetuk kalimat yang padu.
- Kalimat tersebut kemudian dicatata oleh semua anggota kelompok.
- Setelah itu masing-masing kelompok membacakan hasilnya di depan kelas.
Teknik pembelajaran Card Paragraph
Teknik pembelajaran ini bertujuan agar siswa dapat mengurutkan berbagai paragraf menjadi sebuah teks narasi yang logis dan runtut. Tugas siswa adalah menganalisis paragraf yang dituangkan dalam bentuk kartu. Alat yang dibutuhkan adalah potongan paragraf yang digunting dan ditempelkan dalam karton. Teknik dapat digunakan secara individu maupun kelompok. Prosedur pelaksanaan teknik pembelajaran card paragraph adalah sebagai berikut:
- Guru menjelaskan tujuan dan kegiatan belajar yang akan dilakukan siswa.
- Siswa diberi kesempatan menanyakan hal-hal yang kurang jelas.
- Kegiatan menyusun dan mencocokkan paragraf dilombakan. Kelompok/siswa yang paling cepat dan benar mendapat skor tertinggi.
- Setelah diberi aba-aba, siswa mulai mengurutkan paragraf demi paragraf secara logis dan runtut dengan cara memberikan nomor di buku tulis dengan penanda kalimat awal dalam paragraf.
- Setelah semua siswa/kelompok selesai, maka langkah selanjutnya adalah mencocokkan jawaban siswa/hasil kerja siswa dengan kunci paragraf yang benar.
- Guru merefleksikan kegiatan belajar yang telah dilakukan
Teknik Belajar Sentence Stock Exchange
Teknik permainan belajar Sentence Stock Exchange bertujuan agar siswa dapat menyusun kalimat/paragraf secara padu. Alat yang dibutuhkan adalah stoples besar tembus pandang dan diisi potongan kalimat sebanyak-banyaknya. Potongan-potongan kalimat tersebut diperoleh dari menggunting beberapa paragraf pada teks narasi. Suyatna (2007:47) menjelaskan prosedur pelaksanaan teknik pembelajaran sentence stock exchange sebagai berikut:
- Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil terdiri dari 3 sampai 4 siswa
- Masing-masing kelompok duduk melingkar dan tiap kelompok diberikan satu stoples berisi potongan kalimat dari sebuah paragraf.
- Siswa mengambil potongan kalimat mencari artinya kemudian memasangkan semua potongan kalimat sehingga menjadi paragraf yang padu.
- Kegiatan ini dilombakan. Kelompok yang berhasil menyusun paragraf paling banyak mendapat skor tertinggi.
- Setelah waktu menyusun paragraf selesai masing-masing kelompok menyalinnya di kertas kerja, menterjemahkannya kemudian membacakannya di depan kelas.
Teknik Pembelajaran Complette sentense
Complette sentense adalah metode pembelajaran yang menggunakan alat bantu Lembar Kegiatan Siswa berbentuk blanko isian yang berisi paragraf yang kalimat-kalimatnya belum lengkap. Tugas siswa adalah melengkapi paragraf tersebut sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh dan mempunyai makna yang jelas. Skenario metode complette sentense adalah sebagai berikut:
- Guru menyampaikan tujuan belajar yang akan dicapai
- Guru membagikan bahan ajar dan menjelaskan materi pembelajaran
- Siswa diminta membaca materi yang berupa teks deskriptif atau naratif
- Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok kecil atau berpasangan
- Setiap kelompok dibagikan lembar kegiatan siswa
- Masing-masing kelompok atau pasangan bekerjasama melengkapi paragraf yang belum lengkap sehingga teks tersebut menjadi bagian utuh dan bermakna jelas.
- Masing-masing kelompok menyampaikan hasilnya di depan kelas, kelompok lain memberikan tanggapan.
- Penarikan kesimpulan
Teknik Pembelajaran“Menyalin Pola”
Teknik belajar menyalin pola dikembangkan oleh Suyatno (2005:35) bertujuan untuk mengembangkan dan menguatkan pemahaman tentang huruf dan diperuntukkan untuk siswa SD kelas rendah atau siswa yang mengalami kesulitan menulis huruf dengan benar. Alat yang diperlukan antara lain: pola huruf, buku tulis, buku gambar dan alat tulis. Prosedur pelaksanaannya dikelas adalah sebagai berikut:
- Guru mempersiapkan pola huruf pada kertas HVS folio yang dibuat dengan garis putus-putus. Pola huruf sebaiknya meliputi huruf kapital dan huruf kecil.
- Siswa diberi penjelasan mengenai kegiatan belajar yang akan dilakukan.
- Setiap siswa dibagikan pola huruf yang sebelumnya sudah dibuat.
- Guru memberikan contoh cara menyalin pola huruf di papan tulis
- Siswa diberi tugas menyalin pola huruf pada buku gambar siswa.
- Guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan.
Teknik Pembelajaran “Teropong”
Strategi melatih kemampuan siswa dalam aspek berbicara melalui teknik ”teropong” diintroduksi oleh Suyatno (2005:112) dan bertujuan melath siswa mendiskripsikan benda yang dilihatnya dengan bahasa yang runtut, jelas dan dapat dipahami pendengarnya. Alat yang digunakan dalam permainan ini hanya selembar kertas yang digulung menyerupai teropong. Prosedur permainannya adalah sebagai berikut:
- Siswa diminta berpasangan dan masing masing membuat teropong dari kertas.
- Setiap pasangan diminta saling berhadapan.
- Salah satu siswa dari setiap pasangan diminta meneropong salah satu obyek di dalam kelas atau diluar kelas misalnya pohon pisang, gambar pemandangan di dalam kelas, kursi, meja, jendela, atau kancing baju pasangannya.
- dari nama obyek (benda), bentuk, warna, tekstur dan lainnya kepada temannya.
- Siswa yang diberi penjelasan kemudian mencatat penjelasan temannya.
- Guru kemudian meminta siswa yang diberi penjelasan untuk menjelaskan kembali apa yang dilihat temannya.
- Setelah itu siswa kedua gantian meneropong sebuah obyek dan menjelaskannya kepada rekannya. Siswa yang diberi penjelasan mencatat dan membuat diskripsi obyek, kemudian diminta oleh guru menjelaskannnya kembali.
Pendekatan Kontruktivisme Dalam Pembelajaran Menulis
Tahap-tahap menulis menurut Tompkins (1994) terdiri dari tahap pra penulisan, tahap penulisan buram, revisi, penyuntingan, dan publikasi. Pandangan Tompkins tersebut digunakan sebagai acuan pokok dalam penyusunan rencana pembelajaran menulis cerita dalam penelitian ini. Tahap-tahap menulis cerita tersebut disederhanakan menjadi tiga yaitu (1) tahap prapenulisan (2) tahap penulisan (3) tahap pascapenulisan. Ketiga tahap lebih rinci dijelaskan dalam paparan berikut:
a) Tahap prapenulisan
Tahap prapenulisan adalah tahap sebelum kegiatan menulis sebenarnya dilakukan. Pada tahap ini siswa diberikan stimulus agar muncul kerangka berfikir. Siswa kemudian diberi kesempatan sluas-luasnya untuk mengembangkan kerangka berfikirnya. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan mengamati gambar, benda-benda, peristiwa atau kegiatan-kegiatan yang dapat memacu pengetahuan yang sesuai dengan karangan yang akan ditulis.
Untuk mengembangkan pengetahuan awal guru dapat menugasi siswa membaca buku-buku cerita yang dapat dijadikan model cerita yang akan ditulis,mengamati berbagaikehidupan sosial, atau menyimak pembacaan cerita. Dengan cara tersebut diharapkan akan muncul gagasan yang dapat dijadikan topik karangan. Pada tahap ini juga dilakukan hal-hal (1) menyediakan kata, frase, atau gambar yang berkaitan dengan tema atau judul yang dipilih (2) siswa mendiskusikan hubungan kata, frase ataugambar tersebut (3) siswa diberi kesempatan membuat hubungan terhadap konsep sebenarnya. Senada dengan pandangan Tompkins Rhoders dan Marling (1988:152) menjelaskan bahwa untuk mengembangkan pengetahuan awal dapat dilakukan dengan ilustrasi, gambaran umum, chart, judul, subjudul, pengenalan dan ringkasannya, teks cerita secara keseluruhan.
b) Tahap saat penulisan
Tahap saat penulisan terdiri dua kegiatan yaitu kegiatan menyusun draft kasar dan revisi. Pada penyusunan draft siswa ditugasi mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi kalimat-kalimat sesuai topik kerangka. Langkah selanjutnya siswa diminta menyusun kalimat-kalimat tersebut menjadi paragraf sebagai awal cerita yang akan ditulis. Langkah berikutnya siswa menyusun draft awal menjadi sebuah cerita yang lengkap. Fokus kemampuan yang dipertimbangkan dalam tahap ini meliputi: ketepatan penggambaran pelaku, penggambaran watak pelaku, ketepatan penentuan latar cerita, ketepatan penggambaran cerita, kelengkapan latar ceritadan keruntutan cerita. Dalam tahap revisi siswa ditugasi melihat/mengkoreksi kembali cerita yang telah ditulis. Meneliti kembali tersebut mencakup unsur-unsur cerita, yaitu bahasa, isi cerita, dan komposisi cerita. Dengan revisi tersebut diharapakan dapat memperbaiki cerita yang telah ditulis.
c) Tahap Pascapenulisan
Tahap pascapenulisan meliputi tahap penyuntingan dan publikasi. Tahap penyuntingan difokuskan pada aspek ketepatan ejaan yang mencakup tanda baca, penulisan huruf, penulisan kata (depan/awalan) dan pemenggalan kata. Tahap publikasi difokuskan pada kemampuan berunjuk kerja. Kemampuan berunjuk kerja ini mencakup kejelasan menyuarakan tulisan, ketepatan lafal, intonasi, dan kelancaran dalam menuturkan. Selain itu, dapat pula dilakukan pemajangan tulisan siswa ditempat pajangan atau di majalah dinding.
3 komentar