Proses belajar menyenangkan adalah kunci sukses menuju keberhasilan. Gordon dan Jeanette Vos mengungkapkan ”belajar akan efektif jika anda dalam keadaan fun”. Kunci proses pembelajaran yang baik adalah dengan mengorkestrasikan enam faktor berikut:
- Menciptakan kondisi terbaik untuk belajar;
- Presentasi yang melibatkan seluruh indera, relaks, menyenangkan, bervariasi, cepat, menggairahkan;
- Berfikir aktif dan kreatif;
- Merangsang akses materi belajar dengan permainan, lakon pendek, praktik dan melibatkan gerak badan;
- Mengasosiasikan pengetahuan dengan dunia nyata;
- Melakukan peninjauan ulang atau evaluasi secara teratur (Gordon Dryden dan Jeanette Vos, 2004: 301).
Gordon Dryden dan Jeanette Vos selanjutnya menjelaskan bahwa agar kondisi belajar tercipta dengan baik langkah-langkah yang harus dilakukan adalah:
- Mengorkestrasikan lingkungan belajar. Ruangan kelas harus nyaman, bersih, indah, rapih dengan berbagai hiasan dinding, poster berwarna, slogan, bunga-bunga dan poster-poster yang merangsang minat. Seluruh atmosfer belajar haruslah bersahabat dan menyenangkan.
- Menyiapkan suasana yang kondusif dan mencuri perhatian siswa dengan menciptakan iklim belajar yang menyenangkan. Imajinasi, kejutan dan tantangan sangat baik untuk mencuri perhatian siswa.
- Mengkondisikan otak kanan dan otak kiri dalam keadaan rileks dengan permainan untuk merangsang komunikasi otak kanan dan otak kiri. Permainan akan lebih efektif dengan melibatkan gerak badan. Philip Cassone (pelatih sistem belajar cepat) sering memulai presentasi dengan permainan human bingo. Cappeli (guru dari Asutralia) sering meminta siswanya untuk saling memijat otot leher dan bahu untuk relaksasi sambil bernyanyi.
- Menambah kegiatan belajar dengan alunan musik. Alunan musik dalam tempo lambat misalnya jenis musik klasik dapat menciptakan keadaan belajar optimum ditandai dengan detak jantung, kecepatan nafas, dan gelombang otak berirama secara sinkron, tubuh menjadi rileks, tetapi pikiran terkosentrasi dan siap menerima informasi baru.
- Menghilangkan stigma negatif dari proses belajar. Ada tiga stigma buruk dalam belajar yang harus dihilangkan yaitu: (1) stigma kritis logis, adalah anggapa bahea sekolah itu tidak mudah, belajar itu sesuatu yang tidak menyenangkan (2) stigma intuitif-emosional adalah anggapan bahwa saya ini bodoh, saya tidak bisa melakukannya,” (3) stigma kritis moral adalah anggapan bahwa belajar adalah bekerja keras.
- Siswa memahami target dan tujuan belajar
- Merangsang emosi siswa dengan kelembutan dan kasih sayang dari guru
Teknik pembelajaran Puzzle concept merupakan modifikasi dari metode mind mapping yang dikembangkan oleh Tony Buzan. Mind mapping adalah metode mencatat dan menyimpulkan fakta, konsep dan contoh materi pembelajaran yang dituangkan dalam organisasi konsep menggunakan citra visual, simbol, pewarnaan dan melibatkan imajinasi (DePotter, 2005:153). Prosedur pelaksanaan teknik pembelajaran puzzle concept adalah sebagai berikut:
- Guru membuat organisasi konsep dan kartu konsep dari materi pembelajaran yang dipelajari. Organisasi konsep dibuat dalam kertas dobel folio dan kartu konsep dibuat dalam potongan kertas kecil-kecil. Beberapa bagian dari organisasi konsep dikosongkan.
- Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil terdiri dari 4-5 siswa, masing-masing kelompok dibagikan bahan ajar dan organisasi konsep yang belum dilengkapi.
- Siswa diberi penjelasan mengenai kegiatan belajar yang akan dilakukan. Tugas masing-masing kelompok adalah melengkapi bagian-bagian bagian organisasi konsep yang masih kosong dengan kartu-kartu informasi sehingga menjadi organisasi konsep yang lengkap dan utuh.
- Kegiatan melengkapi peta konsep akan dilombakan. Kelompok yang paling cepat memasangkan kartu konsep secara tepat mendapatkan skor paling tinggi.
- Setelah semua organisasi konsep berhasil dilengkapi guru kemudian memberikan penjelasan dari masing-masing konsep.
- Guru menyimpulkan materi pembelajaran.
0 komentar