Teman-teman, sedulur-sedulur netter yang kucinta…walaupun ketinggalan jaman membicarakan metode pembelajaran kelompok, namun edisi postingan kali ini saya tertarik mengupas kembali seluk beluk metode pembelajaran kelompok. Yach….walaupun tidak tuntas juga karena yang mbahas juga masih awam…Tapi siapa tahu diantara ente-ente ada yang lg nyusun skripsi,tugas makalah,atau penelitian tindakan kelas tentang metode pembelajaran kelompok. Naah…postingan ini bisa ditempel di bab II. Kan postingan ini jadi bermangfangat, Iya nggaak? …
Para guru dan praktisi pendidikan tentu tidak asing lagi dengan metode pembelajaran kelompok, sebab metode ini sudah dikenal sejak jaman bahula… namun anehnya dari survey kecil-kecilan yang saya lakukan, dari 50 guru yang saya tanya ternyata tidak ada satupun yang memahami secara tuntas mengenai metode pembelajaran kelompok. Menurut mereka, jika sudah memberikan tugas yang dikerjakan secara besama-sama itu sudah disebut pembelajaran kelompok. Hebatnya lagi 50 orang yang saya tanya semuanya memegang SERTIFIKAT GURU PROFESIONAL. Haa.haa…haa....tepuk tangaaaaan… Baiklah kita mulai serius nich..yuk kita bahas apa itu metode pembelajaran kelompok.
Metode Pembelajaran Kelompok atau dikenal Cooperative learning merupakan salah satu model pembelajaran yang menekankan proses kerjasama pembelajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Falsafah yang mendasari model pembelajaran kelompok adalah falsafah homo homini socius yang menegaskan bahwa manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial. Kerjasama menjadi kebutuhan teramat penting bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerjasama tidak ada individu, keluarga, masayarakat atau sekolah (Lie, 2002:27). Dengan demikian model pembelajaran kelompok mengandung makna bahwa “suatu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri ataupun dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan ada proses kerjasama antar anggota untuk mencapai tujuan pembelajaran” (Sagala, 2005:216).
Permasalahan yang sering muncul dalam metode pembelajaran kelompok antara lain” kekhawatiran bahwa kelas menjadi ribut dan gaduh. Siswa yang merasa tekun harus bekerja sendiri melebihi siswa lain dalam kelompok mereka dan timbul anggapan bahwa temannya yang kurang mampu hanya nunut dari jerih payah mereka. Selain itu, siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang pandai. Kesan negative lain adalah timbulnya perasaan was-was dari anggota kelompok akan hilangnya karakteristik dan keunikan pribadi mereka harus beradaptasi dengan kelompoknya. Permasalahan lain dalam pembelajaran kelompok adalah” (1) siswa sulit melakukan job description; (2) anggota kelompok banyak yang tidak melakukan tugasnya; (3) situasi belajar tidak terkendali dan menyimpang dari rencana.
Teman,teman neter….Pembelajaran kelompok yang dilakukan tanpa perencanaan justru menimbulkan berbagai permasalahan, karena model pembelajaran ini mempunyai perbedaan mendasar dengan sekedar belajar kelompok biasa. Roger dan David Johnson menjelaskan bahwa “untuk mencapai hasil maksimal pembelajaran kelompok harus mengandung unsur-unsur sebagai berikut: (1) adanya saling ketergantungan positif; (2) adanya tanggungjawab perseorangan; (3) adanya komunikasi intensif antar anggota; (4) adanya tatap muka baik di dalam ataupun diluar kelas; (5) adanya proses evaluasi kelompok.
Nah... untuk memaksimalkan kegiatan belajar kelompok berikut ini saya sajikan tips-tips penerapan metode pembelajaran kelompok di kelas yaitu:
1. Guru harus memberi penjelasan dan pemahaman siswanya tentang tujuan utama belajar berkelompok yaitu belajar memahami orang lain, belajar menghargai orang lain, belajar berempati, belajar menolong orang lain. Guru harus menghubungan semua aktivitas manusia yang selalu berhubungan dengan orang lain. Sebelum belajar kelompok dimulai pastikan dulu siswa memahami tujuan ini.
2. Pembentukan kelompok harus memperhatikan kedekatan, keharmonisan dan keakraban siswa. Ini penting sebab, jika empat dua orang yang sedang bermusuhan digabung dalam satu kelompok maka akan mengganggu kekompakan tim.
3. Setiap kelompok harus melakukan pembagian kerja sehingga semuanya bekerja, berusaha, berjuang untuk menyelesaikan tugas
4. Untuk meningkatkan kekompakan tim perlu diciptakan identitas tim misalnya yel-yel, nama kelompok, simbol-simbol kelompok. Identitas ini berguna untuk merangsang semangat siswa.
5. Tugas kelompok hendaknya didesain sedemikian rupa sehingga setiap kelompok dapat melakukan pembagian kerja
Kelompok sebaiknya dibentuk secara permanent misalnya dalam satu semester. Sebab jika setiap pertemuan kelompoknya berbeda-beda, secara emosional mereka harus saling beradaptasi kembali dengna sesame anggota kelompok.
0 komentar