Mendidik anak di usia dini. Kalimat ini sungguh mudah diucapkan tetapi begitu berat dilaksanakan kita sebagai orang tua atau calon orang tua. Dibutuhkan modal pengetahuan, pemahaman karakter anak, strategi pendidikan anak dan yang terpenting konsistensi serta tauladan orang tua. Pada edisi kali ini kita akan membahas tips-tips pendidikan anak di usia dini agar anak kita tumbuh sesuai harapan orang tua. di bagian terdahulu kita sudah membahas mengenai dampak berbohong pada anak kita dan mengapa anak kita menjadi egois. Kali ini kita akan membahas kebiasaan orang tua yang menyebabkan anak kita susah diatur.
Anak kecil memiliki kecerdasan luar biasa dalam mempelajari pola pendidikan orang tuanya. Dia tidak hanya bisa mengetahui cara mendidik orang tuanya, tetapi bahkan bisa mengendalikan pola pendidikan orang tuanya. Singkatnya justru orang tua yang dikendalikan anak. Mengapa demikian? Salah satu sebabnya kita sering menebar ancaman dengan kata-kata namun kita tidak pernah melaksanakan ancaman tersebut. Artinya orang tua tidak konseisten dengan ancamananya. Perhatikan kata-kata yang sering diucapkan orang tua berikut:
"Adiiiik, jangan ganggu adikmu... nanti mama marah. Adiik... jangan mainan tanah... nanti mama hukum kamu.. Dalam pandangan anak kecil, larangan atau perintah yang dilakukan dengna cara menghardik berteriak, atau dengan nada keras tanpa kita beranjak dari tempat duduk atau tanpa kita menghentikan aktivitas yang sedang dilakukan sudah dianggap sebagai ancaman. Apalagi ditambah dengan kalimat " nanti mama hukum, nanti mama marah, nanti ayahmu marah dan seterusnya. Lebih parah lagi jika ancaman tersebut tidak pernah kita realisasikan, atau tidak pernah kita wujudkan. Ini akan menyebabkan anak tidak akan pernah patuh pada peringatan atau larangan orang tua. Setiap larangan atau ancaman dianggapnya suatu hal biasa. Berbahaya Bukan?
Lalu apa yang perlu kita lakukan?
Setiap kali anak melakukan hal menyimpang, jangan sekali-kali berterik menghardik, melarang atau mengancam apalagi dengan nada keras. Hadapkan seluruh tubuh dan perhatian kita padanya, tatap dalam-dalam matanya dengan lemah lembut, perlihatkan ekspresi bahwa kita sayang dan perhatian kepadanya, tunjukkan ekspresi wajah bahwa kita tidak senang dengan tindakannya, lalu.... ucapkan dengna kata yang lembut..."Mama sayang ama adik, tapi mama mohon adik jangan naik ke atas meja. Kalau sampai jatuh, kakimu, lecet, dan berdarah... waduh....siapa yang merasakan sakit, kan adik sendiri? atau ucapkan kata-kata yang mengandung akibat. Sayang mama mohon tolong pinjamkan mainanmu sama adikmu, kan kasihan tuh...adik jadi nangis... adik kan cuma mau pinjem... nanti kalau nggak mau minjemin mainanmu itu akan mama simpan dan kamu tidak boleh memegangnya lagi... Lalu bagaimana jika anak kita justru memiliki sikap posesif dan mempertahankan mainannya serta tetap tidak mau meminjamkan kepada adiknya? Jadilah orang tua yang konsisten. ambil mainannya dan simpan. Jika anak kita tambah nangis? anak kita biar belajar menghadapi konsekuensi dari setip tindakan dan sikap yang menyimpang.
1 komentar: